Saling berlomba lomba memperebutkan harta , derajat, pangkat dan kedudukan namun mereka lupa apa, dan siapa ,untuk apa mereka hidup di dunia.aku merasa ada perubahan dalam hidup bermasyarakat. DUNIA KU YANG HILANG ,saat ini pun ku rasa hidup di desa, kini pun penuh degan aturan-aturan gak jelas bagiku sangat membuat pusing, wong tani san soyo rekoso mong arep tuku rabuk we angel mas (orang tani mau beli pupuk pun sukar mas) dan betapa menderitanya petani (meso angel le garap sawah sak iki panen mung setitik , ke poro ora panen ) kerja di sawah sekarang susah kadang panen nya hanya sedikit kadang malah enggak panen . aku berpikir betapa susah untuk mengais rizki yang halal \bagi orang orang kecil.
CELOTEH PETANI TUA
Detik waktu terus berjalan silih berganti gelap dan terang,
saat ku pandang bentang padi yang layu tak berkembang
Suka dan duka tangis dan tawa bagai lukisan Seribu mimpi.
berjuta sepi Hadir bagai teman sejati
Di antara pematang sawah lelahnya jiwa
lelahnya jiwa si tangan tangan tua
Dalam resah air mata tergores di pipi
lelah terasa saat jiwa jiwa yang rapuh mengapai mimpi
saat ku pandang pematang sawah yang kering kerontang
segumpal harapan secarik kehidupan terbentang
saat ku telusuri pematang kehidupan
bagai Sang Kekasih menunggu sang pujaan
(CORETAN KBL)
Memang saat ini para petani amat banyak coban dan masalah yang menimpa mereka dari faktor pembibitan pempukkan dan masalah perawatan dan pengairan, hingga masalah penjualan panen.dahulu hidup di desa sangatlah nyaman. suasana yang dahulu sudah hilang di telan zaman pola pikir masyarakatnya pun sudah berbeda tak seperti dahulu lagi DUNIA KU YANG HILANG beban Sosial dan ekonomi masyarakat desa sangat berat, sementara sumber penghasilan sebagai petani tidak memadai.
Hidup petani hanya sekedar numpang hidup, sarana produksi semuanya mahal, kendala dan tantangan untuk mengapai kehidupan yang lebih baik pun beragam ya , alam, modal, skill, sistem perdagangan komunitas pertanian yang tidak memihak petani. Jadi pendek kata hidup petani ya Hidup enggak mati pun enggan sekedar menunggu umur untuk menghadap SANG PENCIPTA, jangan harap bisa hidup layak .
bukan hanya petani yang merasakan ini, para buruh pabrik, buruh tani dan banyak lagi..., bahkan mereka sudah sulit untuk bermimpi
BalasHapusMiris memang... kmaren orangtua saya (petani juga) minta dikirimi duit buat belanja seminggu.... gak bisa jemur padi, hujan terus
BalasHapustapi itu belum seberapa sih, masih bisa berharap "mentari kan bersinar lagi"
Saya baru membaca "Negeri 5 Menara" karangan A. Fuadi yang lulusan Pondok Gontor. Tulisan tsb sangat menginspirasi kehidupan.
BalasHapusJuga tentang mantera sakti " Man jadda wa jada" yang selalu ditiupkan di pondok tsb, yang kalau kita bersungguh-sungguh, selalu ada hasil memadai, dan Tuhan akan mendengar seruanmu. Juga buku "The Alchemist" yang intisarinya mirip.
Dalam kehidupanku, banyak terjadi kebaikan, kakek nenek berasal dari petani, mesti kerja keras jika ingin anak-anaknya sekolah. Ayah bekerja sambil sekolah. Demikian juga aku, saat mahasiswa juga ada pekerjaan sampingan...dan ini diterapkan pula pada anak-anakku.
Petani yang bahagia, adalah petani yang bekerja keras dan tahu tujuan hidupnya, dan setelah usaha keras tsb, tentu jangan lupa doa. Dengan berpikir positif, kita akan mendapatkan hasil yang baik, walau hasilnya belum sesuai keinginan. Bukankah kita maju karena diawali oleh mimpi?
suryaden keadaan yang memaksa bos
BalasHapusBandit Pangaratto iya mas walau pun ke keadaan sesulit apa pun kita masih bisa berharap dan berusaha untuk meraih yang terbaik
edratna maka sih bun atas masukkan nya
mudah mudahan pemerintah mau melihat jeritan kita ya
BalasHapuscuma bisa bantu dengerin aja tapi lom bisa ngebantu secARA NYATA, HUFF
BalasHapus