Senin, 20 Desember 2010

KERASNYA KOTA

Asap yang pekat kendaraan datang menghiasi.Beberapa pengendara roda dua.dengan  sigap menutup muka dengkan tangan guna menutupi wajah dari pekat  asap kejam dari pantat bus kota.Syahdunya senja kala itu, seketika tertutup oleh pekatnya asap hitam dari pantat kendaran umum .seorang pria tampak tenang dalam antrean panjang kendaraan, di perempatan lapu merah di kota ku
Dengan gagahnya, ia memperhatikan sekeliling jalan, mencari celah di antara antrean.
Kendaraan yang ditumpangi masih terlihat gress, dalam balutan cat yang mengkilap.
Dalam jarak yang cukup dekat di isi jalan terlihat  anak-anak kecil riang bermain di trotoar jalan..
Asap hitam  yang menggumpal dari pantat kenalpot kendaran bagi nya hanya  bak Aroma harum semerbak pewangi . mampu menjadi penawar dahaga yang telah lama tak tersiram air .
Saat lampu berganti merah, mereka pun menyerbu kaca-kaca pengemudi, berharap akan ada yang mau memberi sekeping logam atau secari kertas  terulis angka angaka yang selalu di perebutkan manusia,
mereka tak  pedulikan  hari beranjak malam.
mereka bertahan dalam kondisi yang memprihatinkan.
Seketika, rintik hujan turun membahasi bumi tanpa sadar lampu merah pun mulai berganti warna dan butir butiran air terrasa tertupah dari angkasa .  entah apa yang di cari peria itu seketika iya mebelokan mobilnya mencari tepat parkir di pingir jalan
Peria itu pun mencari tempat untuk berteduh di sebelah tempat disamping sebuah ruko.  peria itu pun berteduh bersama anak anak jalanan yang masih kira kira berumur 5th sampi 12th .
dan percakapan pun mulai terjadi.
deri percakapan itu terganjal dalam otak lelaki itu, anak sekecil itu harus menagung berat dari kejamnya persaingan kehidupan mereka rata rata hanya menjadi alat kemalasan dari manusia yang telah mengambil hak hak kemanusian mereka.
Lain lagi dengan kisah nasib sebut saja karno, dia kehilangan ibunya yang bunuh diri dengan cara menggantung diri. Sang ibu tak kuasa menanggung beban hidup yang semakin berat dan menghimpit kehidupan mereka, belum  ayah karno yang telah meninggal dunia. Sehingga praktis sang ibu bekerja membanting tulang untuk menghidupi keperluan sehari-hari Hidup karno beserta kedua adiknya  pun menjadi tak menentu karena orang yang selama ini mengasuhnya telah tiada. dan ia pun terpaksa harus hidup di kersnya hidup dijalan  demi demi menghidupi sodaranya yang masih kecil.
Begitulah indonesia yang orang dahulu bilang mutiara katulistiwa, berragam suku bangsa dan berragam kekayan bangsa yang bergelut dengan berbagai persoalan.
yang kaya makin kaya yang miskin makin tersingkir.
terpikir dalam benak saya adalah bagaimana nasib anak anak itu  apakah nasib mereka akan sama dengan pendahulu hulunya? 
jangan sampai kemiskinan melahirkan kemiskinan baru, janganlah ini terjadi negeri ini.

2 komentar:

  1. sebenarnya kasian dengan anak2 yg mencari nafkah kayak gitu

    BalasHapus
  2. terimakasih atas infonya

    by - www.agen388.com

    BalasHapus

InnocentYellSmileWinkCryCoolFrownKissLaughingSurprisedSealedEmbarassedMoney mouthTongue outFoot in mouthUndecided