Rabu, 13 Juli 2011

CERMIN UNTUK YANG DUDUK DISANA

Ketika bayang bayang kehidupan menjelma menjadi sekuntum gumpal hitam, dosa manusia yang tak sadar akan bejatnya nafsu setan ataukah nafsu iblis setengah manusia
yang mengalir akan rakusnya harta dan ambisi penguasa akan tahta dan kedudukan di dunia
terlapas dari semua itu aku mengenal sosok kecil yang menyadarkan aku arti hidup didunia. sebut saja ruli panggilan anak yang masih berumur belasan taun namun orang tuanya meberikan sebuah nama muhamad safrulli. kemewahan bagi ruli adalah bagai sisi mata uang yang berbeda, anak seusianya masih senang bermain main bersama teman teman sebayanya dan meniba ilmu di sekolah.
namun keadan yang mebuat ruli jauh dari semua itu. ruli leleki kecil yang tak mudah menyerah oleh keadan

ruli anak kedua dari dua bersodara ibu ruli buruh gendong dipasar sedangkan ayah ruli telah lama menigalkan dunia bersama kakaknya sat ruli masih kecil
sejak bapak nya menigal ruli menjadi anak yang semakin kuat dan tak menyerah akan keadanya ia menjadi anak yang tak mudah menyerah akan keadaan ia harus berjuaang
memperoleh pendidikandan kehidupan yang   layak
itu semua hanya lah segupal cerita di negeri ini namun terlepas dari itu semu apa
Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state, sejarah sebuah negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam negara yang salah urus, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan
Pendidikan mendadak menjadi begitu penting, karena bagi mereka yang tidak mempunyai pendidikan (dan keterampilan), tidak akan mampu mencapai impian dan “mimpi” mereka. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti radio dan televisi memberikan informasi yang sangat banyak. INformasi mengenai dunia yang sama sekali lain. Dunia “peri” yang ingin mereka capai. Dan untuk dapat mencapainya, mereka memerlukan alat berupa ilmu.
Anak-anak orang “biasa” amat sangat susah untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi yang layak. Bayangkan saja, sekarang ini, untuk masuk SMA saja orang tua harus dibebani dengan berbagai macam uang administrasi. Yang paling memberatkan biasanya adalah uang gedung. SPP saja sekarang sudah mencapai bilangan ratusan ribu. Apalagi di perguruan tinggi. Untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi, setidaknya orang tua harus menyiapkan dana minimal 1 juta untuk tiap semester, belum lagi uang pangkal, uang gedung, uang praktek dan uang-uang lainnya.
Tampaknya petinggi petinggi yang duduk di gedung mewah disana harus lah mebuka mata benar-benar memperhatikan penuh masalah pendidikan ini. Bagaimana bangsa ini dapat maju mengejar ketertinggalan dari bangsa lain jika pemerintah masih mengesampingkan masalah pedidikan yang masih menjadi tanda tanya ????.

7 komentar:

  1. Ass
    benar mas,kalau masih mengesampingkan pendidikan,
    negara kita tidak akan maju seperti negara lain.
    wah lama tdak berkunjung,sudah berubah template blognya.

    BalasHapus
  2. sekarang sekolah memang mahal. Seharusnya ada pendidikan gratis sampai SMA terutama bagi mereka yg tak mampu

    BalasHapus
  3. keep nulis dengan kata" yang pedas untuk membangun negara!!! MERDEKAA!!

    BalasHapus
  4. sayang sekali ya banyak generasi muda kita yg terhalang melanjutkan pendidikannya karena kendala biaya.

    BalasHapus
  5. Menyelenggarakan pendidikan dengan biaya tak terjangkau rakyat oleh sekolah negeri sebenarnya melanggengkan diskriminasi atas orang miskin di Indonesia. Itu pelanggaran amanat UUD. Ojo-ojo para birokrat-wakil rakyat kita nggak mau tahu tentang hal ini? Mereka harus diganti kalau nggak mau dicerdaskan. DIDIK LAGI MEREKA ATAU TURUNKAN SEGERA !!!!! MAJU TERUS BUNG !!!

    BalasHapus
  6. kunjungan gan,bagi - bagi motivasi
    Hal mudah akan terasa sulit jika yg pertama dipikirkan adalah kata SULIT. Yakinlah bahwa kita memiliki kemampuan dan kekuatan.
    ditunggu kunjungan baliknya yaa :)

    BalasHapus

InnocentYellSmileWinkCryCoolFrownKissLaughingSurprisedSealedEmbarassedMoney mouthTongue outFoot in mouthUndecided