Malam begitu mencekam ketika langkah ini tersaberat seiring bergulirnya malam detak jantung terasa berat, namun sayup terdengar suara perempuan yang melatum kidung .
di kesunyian dan dinginya udara menyatu bak kenikmatan syurgamu. walau lewat kidung malam Yang terlantun pelan dan semakin pelan...
Suara perempuan tua itu semakin jauh dan akhirnya menghilang di ujung malam
hampir setiap tengah malam perempuan tua itu selalu melantumkan Bait bait KIDUNG entah mengapa perepuan itu selalu menyayaikan ,melatumkan bait bait kidung, namun ku tak mengerti mengapa perempuan itu melantumkan bait bait kidung entah sebagai doa atau penenag hati . rasa keingin tauan ku mebawa ku untuk memberanikan diri tuk mengetuk pintu rumah perempuan itu, pintu pun dibuka sesek seorang perempuan tua muncul di hadapan ku dia bertanya.
anak ini siapa , dan mencari siapa ? dengan suara yang amat lirih.
seakan memendam suatu permasalahan yang amat dalam
anu buk aku cuman mau menayakan ibu yang hapir setiap malam melantumkan kidung ?
ya jawab perempuan tua itu.
perempuan tua itu mepersilahkan uduk di teras rumahnya
lalu aku bertanya kembali ibu tinggal sendiri ?
sesat perempuan tua itu menghela nafas terasa amat dalam beban untuk mengukap atau menceritakan pada ku
sebnarnya dulu aku tinggal bersama anak ku yang mungkin kalau masih seumura dengan adik kata perempuan tua dengan tertatih.
lalu sangga ku memotong cerita perempuan tua itu.
adik masihkah inggat saat terjadi demo besar besaran saat REFORMASI, anak ku tak kunjung pulang sampai sekarang.
jawab perempuan tua itu sambil tertatih meneteskan airmata di pipinya yang mulai keriput di makan usia, entah anak ku masih hidup atau kah sudah mati, aku tak mengerti dan sampai sekarang tiada kabar beritanya.
aku terdiam seakan nafas ku tergajal oleh cerita perempuan tua, namun kerena sang dewa malam mulai bergulir aku pun pamit .
dan dalam perjalan aku berfikir ande diriku menjadi perempuan tua itu kudapat mersakan betapa sepinya
Sepi itu... seperti batu terhimpit di celah-celah goa berteman gemericik air.... Sepi itu .... Seperti angin yang enggan menghembuskan nafasnya... Sepi itu.... Seperti musafir terdampar di padang pasir,meronta dan kehausan Mangharap seteguk air dan datangnya hujan... Sepi itu... Seperti aku tanpa kehadiranmu... Tanpa senyuman manismu... Tanpa pelukanmu.... Tanpa bahagia meliputi segenap jiwaku ragaku...
alangkah sedih hidup, tak ada tempat berbagi sedih, susah senang ditanggungkan sendiri, maaf sobat lama tidak berkunjung, blognya bagus templatenya ringan banget
BalasHapussalam takzim selalu semoga semakin semangat menulis
BalasHapusSaat sunyi terlebih dimalam hari, memang sering terasa begitu. Sepi! :-D
BalasHapussalam sobat
BalasHapusmemang sepi membuat perempuan tua itu sedih ya,,jadi ingat keadaan sulit atau masalah beban hidup ini.
kidung ini penuh perasaan yg mendalam mas.
kasihan sang nenek, sepi sendirian
BalasHapuspaling takut dengan keadaan sepi, sepi dalam segala hal ~__~
BalasHapusBener2 sangat tersentuh dgn jeritan hati si nenek,semoga engkau selalu dlm lindungan Allah swt nek,,,,
BalasHapus