Namaku Boy , aku di lahirkan dari sebuah keluarga yang sederhana aku anak kedua dari tiga bersudara. kakaku bernama kak lintang , sedang adiku bernama bunga .kami sekeluarga tinggal di sebuah pimggiran kota seperti biasanya tidak berbeda degan hari hari biasanya namun pada satu malam
Malam yang dingin. Langit sangat gelap, tak ada cahaya setitikpun dari angkasa. Tetesan air ebun di luar sana sepertinya akan bertambah malam ini. kabut malam akan segera tiba dengan cuaca seperti ini. mungkin Semua orang mengurung dirinya di rumah masing-masing. Tak ada yang keluar malam ini. Semua mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya hujan. Jalanan sepi, hening tanpa suara. Setiap hewan telah dikurung dalam sangkar atau kandangnya. Anjing-anjing sudah masuk dalam rumah. Setiap keluarga memilih berkumpul bersama di depan perapian sambil menikmati hidangan kue kering dan teh yang hangat.
Namun Pemandangan lain di siang harinya saat ketika anak-anak menjulurkan tangan sering kulihat sebagian sambil mengelus-elus perut, sebuah ungkapan kalimat "aku lapar". yang sering terdegar Pemandangan ketika seorang ibu ikut menjulurkan tangan kanannya, sementara tangan kiri menahan kain yang menutupi tubuh bayinya sebuah ungkapan kasih sayang dan naluriah seorang ibu, yang sedang melindungi bayinya dari panas terik matahari..
Terlepas dari semua itu aku akan menceritakan sebuah pengalaman ku ketika mengenal seorang anak kecil,
di sebuah perempatan jalan di kota ku aku mengenal seorang anak jalanan ,teman temanya degan sebutan tole. tole seorang anak laki-laki yang masih polos yang sudah mengenyam ganasnya hidup di jalan.
Yah, sebagai anak sulung dia mengaku jadi tumpuan keluarganya
dan aku pun berpikir anak seusia tole yang seharus nya masih mengenyam pendidikan dibangku sekolah dan kehangatan belean orang tua
sudah harus bergelut degan kerasnya kehidupan ,
demi mencari pundi pundi rupiah namun aku salut dan kgum oleh semangat tole, sekalipun ia seorang anak jalanan ditak mau minta minta belas kasian orang.
Dan getar-getar saraf dI otak punmulai terbuka ketika aku mengenal seorang anak jalanan dan terigat akan kata kata yang pernah ku dengar Tuhan tidak akan menguji keimanan manusia diluar batas kemampuannya. Seorang anak petani penggarap miskin yang memiliki sebuah tekad yang telah menjadikannya nekad untuk meraih mimpi dan cita-citanya. Hujan dan badai yang kerap datang menerpa diri dan keluarganya, tidak mampu mematahkannya untuk terus melangkah. Yah, seperti pepatah mengatakan "Anjing Menggonggong, Kafilah Berlalu". "Yah, saya memang miskin, lebih miskin dari anda". Tapi saya punya hak yang sama seperti anda. Hak untuk merubah nasib saya dan keluarga saya." Dan hak itulah yang saya junjung tinggi dengan kebulatan tekad yang penuh. Dan aku yakin Hingga akhirnya perputaran roda waktu menunjukkan bahwa "debu itu akan menjadi permata"
pertamaxxx
BalasHapuslam knl ya :D
salam sobat
BalasHapusbenar mas,tak selamanya dunia suram,
pasti dan yakin debu akan menjadi permata.
karena roda kehidupan selalu berputar.
roda berputar, dunia tidaklah mungkin suram. karena kitalah yang membuat dunia jadi suram, mungkin karena banyaknya ujian n cobaan pada diri kita yang dapat menjadikan dunia ini jadi suram.
BalasHapusnasib memang sulit ditebak, siapa tahu debu menjadi permata.... eSSip mas... thanks...
BalasHapusMantab friends artikelnya, saya jadi semangat...
BalasHapussalam sobat
BalasHapusyakin dan berusaha serta selalu berdoa kepada ALLAH SWT,,agar dunia tak selamanya suram.
salam sobat :)
BalasHapusaku setuju banget bro, tulisanmu inspiratif sekali tq dah berbagi :)
BalasHapusdunia tak selamanya suram dan slalu berputar
BalasHapussalam
pencerahan yang mantab sob...
BalasHapussemangat semangat
BalasHapusassalamualaikum...
BalasHapushalo, mudah-mudahan harinya selalu cerah yah?
ga muram..
salam
tak selamanya suram, pasti ada cerah
BalasHapusdunia itu bagaikan roda kadang dibawah..kadang diatas....
BalasHapus