namun gelap masih terasa bagi anak lelaki, yang kini telah menjadi sosok pemuda.
sinar mentari di pagi itu tak terrasa dapat menerangi dan tak memberikan kehidupan dan harapan.bagi ke luarga kami
Di Kantor Komnas HAM, pagi hari.
Teguh berjalan menuju ke sebuah ruang, membawa dokumen setebal kecemasan ibunya,
sedalam luweng abadi yang menyimpan jeritan jasat bapaknya.
teguh dan bundanya pun masuk ke sebuah ruangan
di situ tegudan ibunya
di temui dan di persilahkan duduk oleh sosok laki laki berbadan besar menemu mereka
.Bagi Teguh dan ibunya menceritakan peristiwa berdarah itu
yang menoreh kan sejuta tinta cerita pahit getir nya kisah kehidupan di bumi ini,
Untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat di tolak, mungkin itu kata kata yang paling tepat untuk keluarga kami
Sejak peristiwa berdarah itulah kami harus berpisah
dan Sejak itulah aku harus bertahan hidup
sebagai Istri-Tapol dan Anak Tapol serta yang tidak tahu dimana ayah dari anak anak ku berada
ke tidak nyaman dalam mengarungi samudera kehidupan terasa amat pahit tetesan air mata pun.
tak sanggup membasuh kepedihan hati ini
.berbekalkan dokumen yang telah lesuh sakan inggin berteriak mengajaku dan bundaku tuk berteriak, ataupun menagis tuk mencari keadilan dinegeri ku ini
entah keadilan yang bagai mana dan keadilan yang bagaimana .
sejuta pertanyai tu muncul di kepala dan benak ku
seiring waktu yang terus berlalu serpihan serpihan kehidupan ibunda dan keluargaku berjalan dalam kebimbanggan
entah dosa keluargaku ataukah dosa negeri ini yang tak kumengerti ataukah kejam nya politik dinegeri ini demi kekeusan atau kah memang salah dan dosa keluaraga kami yang memang ditakdirkan menjadi korban dari kerasnya politik dinegeri kami
bunda pun menceritakan kisah peristiwa yang berdarah itu dengan rincinya sambil sesekali mengusapair mata yang sesekali menetes di pipinya yang mulai keriput di makan usia
lelaki bertubuh tegapitu pun dengan serius mendegarkan cerita ibunda
Tak terasa bak roda pedati yang berputar seiring lari sang kuda..begitulah roda kehidupan serasa membawaku dan keluargaku tuk menggarungi ke hidupan didunia ini
hari berganti hari bulan berganti bulan nasib sorang ibu yang tetap menjadi
Seorang janda yang telah distempel sebagai istri penghianat. Seorang janda yang kalian kutuk.
Seorang janda yang harus berjuang di tengah badai diskriminasi.
seribu pertanya masih terpendam diotak ke palaku
Hanya karena PKI telah kalah oleh sejarah?
Picik kan?
Kalian tak sadar kalau kekejaman PKI itu juga adalah kelakuan oknum yang tidak bertanggung jawab. Lalu yang menjadi korban adalah masyarakat yang sama sekali tak tahu menahu akan masalah. Lalu kalian yang hanya membaca lewat buku-buku propaganda, ramai-ramai mengutuk PKI. Kalian tidak tahu, kalian mengutuk saudara kalian sendiri.
Slow dan aku yakin di balik semua itu pas tilah akan hadir hikmah
di dalam aspek ke hidup kita juga memainkan nada nada sendiri dari simfoni alam..tinggal bagaimana kita meramunya dan menjadikanya lagu yang indah.
.sehingga kita bisa menikmatinya dalam kehidupan.
Lepaskan semua beban..dan ikutilah gerakan lembut.tarian kehidupan.
Free pikiran, tubuh, dan jiwa dan bisa terhubung dengan keindahan hidup
begitu kejamnya..politik.....
BalasHapusitu semua sisa2 orde baru, sperti kisah penyiksaan di lubang buaya, ada yg mengatakan jika apa yg terjadi tidak seperti yg kita lihat di pilemnya..tapi entahlah mana yg benar..moga kedepan lebih baik...
BalasHapusMakanya saya benci politik....
BalasHapusdalam politik g anak yg benar dan salah..
Selalu saja ada korban dari permainan politik.
BalasHapus@ Fajar memang politik selukejam mas he he
BalasHapus@ Aulawi Ahmad amin
@ Hani ya begiitulah politik
@ catatan kecilku namanya juga politik menghalalkan berbagai cara wallupun harus mengkorbankan sesuatu
benar.. tiap segala sesatu, pastilah ada hikmah di baliknya :)
BalasHapuspolitik politik uud ujung ujungnya duit
BalasHapus