Takala setelah peristiwa berdarah itu terjadi aku bersama keluargaku berharap akan ada setik cahaya terang dalam hidup ini. namun cahaya terang itu pun seakan tak kunjung datang. coban demi coban sakan silih berganti seiring berjalanya naafas kehidupan yang di karuniakan sang Ilahi kepada raga ini.
setibanya kami di kator komas ham bunda turun dari mobil dia berkata, guh anak ku disinilah aku mengantung kan harapan ku aku muntuk megatakan kebenaran atau kah kebohangan sejarah yang berdarah anaku.
semoga bangsa ini, punya tilinga untuk mendengarkan keluh kesah nasip rakyat kecil seperti kita guh . dan semoga negeri ini berani mengatakan kebenaran ataukah berani mengatakan kesalan sejarah yang sebenarnya ya guh
Seakan aku sat itu, mendengar perkatan ibu seperti itu , perasan ku bagai disayat seribu pisau yang amat tajam.
detik waktu terus berlalu, langkah kaki kaki setapak demi setapak terus beriring seakan, berat beban dan perasan kami tertopang pada langkah kaki yang di temani setum puk berkas kertas lesu ditangan kami,seakan tau dan meronta ronta ditangan kami.
setibanya kami memasuki ruangan dalam gedung yang dingin kami di persilahkan duduk seorang laki laki bertubuh tegap dan berparas ganteng menemui kami dia berkata, ada yang bisa kami batu akupun bercerita bahwa kami meminta bantuan untuk mencari keadilan
raut wajah ibu saat itu, tampak kusut ketika menceritakan peristiwa berdarah itu
kami hanya menutut hak kami pak.
raut wajah lelaki itu tampak mekerut ketika mendengar cerita kami , lelaki itu pun berkata ibu dan mas akan kami bantu sebisa kami.dan dokumen lesuh itu pun kami serahkan . dan kami pun berpamitan
dan akupun pulang dalam perjalan pulang kami terdiam sekan akan beban yang ada selamaini sedikit terkurangi . detik detik terus berjalan waktu terus berputar tak terasa hari mulai berganti
Senja mulai turun kala itu, aku menurun kan kaca pintu mubil sewan kami dan aku mataku teruju di perempatan lampumerah di kota kami,seketika tertutup oleh pekatnya asap hitam dari pantat kendaran umum akupun berpamitan pada ibu untuk turun di perempatan ini.
Seorang pria kecil tampak tenang dalam antrean panjang kendaraan di perempatan lapu merah di kota ku.
Dengan gagahnya, ia memperhatikan sekeliling jalan, mencari celah di antara antrean kedaran yang ada perpatan jalan .untuk mencari sekeping kogam budar
sementara itu tampak sosok pemuda dengan Kendaraan yang di bawanya masih terlihat gress, dalam balutan cat yang mengkilap.
di gadapan anak peria kecikitu Asap hitam yang menyerbu bagi nya hanya bak Aroma harum semerbak pewangi kendaraan. mampu menjadi penawar dahaga yang telah lama tak tersiram air .
Dalam jarak yang cukup dekat di isi jalan terlihat okeh ku anak-anak kecil riang bermain di trotoar jalan.
Saat lampu berganti merah, mereka pun menyerbu kaca-kaca pengemudi, berharap akan ada yang mau memberi sekeping logam atau secari kertas terulis angka angaka yang selalu di perebutkan manusia,
mereka tak peduli akan hari beranjak berganti malam,mereka bertahan dalam kondisi yang memperihatinkan.
Seketika, rintik hujan turun membasahi bumi tanpa sadar lampu merah pun mulai berganti warna dan butir butiran air terrasa tertupah dari angkasa .aku pun mencari tempat untuk berteduh
di sebelah tempat disamping sebuah ruko. peria itu pun berteduh bersama anak anak jalanan lainnya yang masih kira kira berumur 5th sampi 12th .
dan percakapan pun mulai terjadi deri percakapan itu aku terganjal dalam otak ku . anak sekecil itu harus menagung berat dari kejamnya persaingan kehidupan merka rata rata hanya menjadi alat kemalasan dari manusia yang telah mengabil hak hak kemanusian mereka.
Lain lagi dengan kisah nasib sebut saja karno, dia kehilangan ibunya yang bunuh diri dengan cara menggantung diri. Sang ibu tak kuasa menanggung beban hidup yang semakin berat dan menghimpit kehidupan mereka, belum ayah karno yang telah meninggal dunia. Sehingga praktis sang ibu bekerja membanting tulang untuk menghidupi keperluan sehari-hari .Hidup karno beserta kedua adiknya pun menjadi tak menentu karena orang yang selama ini mengasuhnya telah tiada, dan ia pun terpaksa harus hidup di kerasnya hidup dijalan demi menghidupi sodaranya yang masih kecil.
Begitulah indonesia yang orang dahulu bilang mutiara katulistiwa, berragam suku bangsa dan berragam kekayan bangsa yang bergelut dengan berbagai persoalan.
yang kaya makin kaya yang miskin makin tersingkir.
terpikir dalam benak saya adalah bagaimana nasib anak anak itu apakah nasib mereka akan sama dengan pendahulu hulunya?
yang kaya makin kaya yang miskin makin tersingkir.
terpikir dalam benak saya adalah bagaimana nasib anak anak itu apakah nasib mereka akan sama dengan pendahulu hulunya?
jangan sampai kemiskinan melahirkan kemiskinan baru, janganlah ini terjadi negeri ini.
Perhatikan saja alur dari hidup kita dan banyak sebab musabab kejadian yang kita alami; banyak di antara mereka boleh menjadi titik balik dan merubah masa depan kita. Pada kenyataannya, kita benar-benar tidak mengetahui banyak tentang masa depan kita. Jika kita menolak untuk menghadapi kebenaran sepanjang hidup kita sehari-hari, tidakkah itu sangat berbahaya? Jika masyarakat kita terus seperti ini, akan menjadi pemandangan yang menyedihkan untuk diamati!
barangkali lingkungan kita membuat kita bersikap masa bodoh dan mati rasa. ataukah tak ada lagi orang yang mepunyai hati nurani yang welas asih
.
andai semua orang mau berbagi, maka kemiskinan tak merajalela di negeri ini. semoga saja masih banyak orang yg punya nurani dan peduli pada sesama ya?
BalasHapusass
BalasHapusberbagi selain indah dapat pahala juga
marhaban ya ramadhan
selamat berpuasa.
jadi inget pepatah,
BalasHapusi was born intelegence, but education ruin me....
hahahahhaa....... atau itu hanya sebuah pemakluman
Meskipun sedikit lakukanlah, dari pada tidak sama sekali.
BalasHapusyg pasti manusia sudah semakin egois.
BalasHapusCkck semua kembali kepada diri masing-masing B)
BalasHapus@catatan kecilku: semoga masih ada yang mau peduli
BalasHapus@ NURA :sekamat berpusa juga
@ mas ichang :mukin juga mas ha ha
@ IbuDin:iya mbak
@Sang Cerpenis bercerita:mukin juga zaman yang sudah berbeda kali
@SHUDAI AJLANI (dot) COM:betuk juga