tulang belulang terasa dingin, meskipun awan hitam telah berlalu, sang dewa malam terasa enggan bergeming dari singgasana peraduan malam. binatang malam sekan ikut menemani peraduan sang dewa malam dan jerit
jangkrik tertatih seakan tau akan kesenduan hati ini .
jiwa pun terasa berat memikul beban nafas kehidupan , jalan berkelok dan berliku liku, terjal penuh bebatuan pun tak dirasa demi mencari, seonggok butiran butiran pemuas diri.
dalam mengumpulkan sisa-sisa kekuatan jiwa yang mengalir dalam setiap hembusan nafas kehidupan dan setiap tetes darah yang mengalir disetiap sendi sendi urat nadi kehidupan jiwa ini.
seakan tau akan kerinduan pada sang alam, yang pernah menawarkan seonggok kebahagiaan.
dan kini tinggal secercak keriduan akan kebahagiaan.
Terasa dada seakan tak kuat menahan detak jantung yang berdetak semakin kuat dalam mengumpulkan sisa kekuatan jiwa untuk menahan serpihan-serpihan rindu akan kebahagiaan.
dan butiran-butiran mutiara putih yang telah di berikan sang penguasa terasa pahit dalam kunyahan - kunyahan lidah kehidupan.
dan jiwa jiwa terasa seperi butiran butiran air embun yang berada dalam ranting ranting tumbuhan yang ada dalam padang pasir yang tandus.
kekutan jiwa pun mulai melemah semakin terasa perih merintih saat air mata mulai menetes, tatkala jiwa ini tak sadar terjun kedalam kubanggan duka
yang akan menutun kedalam sekerat hasrat yang tak terpenuhi, sehigga terias kedalam gelembung-gelembung
nafas kerinduan untuk kembali kepada pemilik alam yang telah sekian lama sempat terlupakan, tersisih dari ajakan jeratan-jeratan setan untuk menistakan ajaran-ajaran ke jalan sang penguasa alam
Kini jiwa ini mencoba tuk menggapai makna dari dawai-dawai sinar kehidupan tuk melihat lagi dunia yang dulu terasa indah, nikmat yang bertaburkan bunga bunga kehidupan
semua telah menjadi berarti dan jiwa ini seperti terlahir kembali dan rasa syukur itu tak henti melimpah tak kala untuk menyadari bahwa jiwa jiwa ini tiada daya dan terasa lemah, bila sang pencipta mencabut sebuah kenikmatan dan tak berdaya jiwa ini tuk menghadapi dunia .
dan jiwa ini kini mencoba tuk sadar, bahwa jiwa ini hina dan tak berdaya terkapar di pelukan pengikat kepalsuan alam
"RENUNGAN "
KITA SEBAGAI UMAT YA
Kebanyakan dari kesenangan jiwa-jiwa kita
Berpijak pada sesuatu yang nyata oleh mata
Dan cenderung ingkar pada hal yang tidak bisa di rasa
Seakan dicipta hanya untuk sesuatu yang fana
Rela menjadi pelayan nafsu dunia
Kebanyakan dari kesenangan jiwa-jiwa kita......
kebahagiaan hakiki sebagai rasia sang penguasa alam
Kebahagiaan di dunia ini sifatnya sangat sementara.
Kepuasan nafsu seseorang cenderung dirasakan selalu kurang.
Karena itulah nafsu manusia yang dicarinya lebih berorientasikan pada unsur-unsur kebahagiaan dari harta,derajat kekuasaan, dan alam pikiran sesaat.
saya sedang menyimak.. :)
BalasHapussemua yang kita miliki di dunia ini hanyalah sebuat titipan :)
BalasHapusNice info
iya, walaupun kebahagiaan di dunia ini sangat sementara, tapi itu yg dicari oleh banyak manusia... kebahagiaan instant yg juga tak bertahan lama...
BalasHapusya....
BalasHapusDunia ini sudah semakin jahat bro...
semakin jahat...!
ngeri jika membayangkannya...
Sebuah postingan yg mengingatkan kita utk jangan hanya menurutkan nafsu semata... Nice post.. :D
BalasHapusYa.. hidup ini hanya sementara saja, seyogyanya kita isi dengan hal-2 yg bermanfaat.
BalasHapusMangapa semua yang asyik2, itu yang dilarang..
BalasHapusMengapa semua yang enak2, itu diharamkan..
ha..ha..ha..ha.. itulah perangkap setan..
^mode on^ lagunya bang Haji Rhoma Irama, ternyata lagu itu bisa buat bahan renungan buat kita yah.. :)
haii,
BalasHapusperdana nih kesini, ngajakin kenalan sambil follow.. hehehehe....
salam,
ninneta
syukurlah.. ketika jiwa akhirnya kembali pada fitrahnya...salam kenal sobat
BalasHapusakan kita senantiasa bersyukur????
BalasHapus