DI hari ini mentari tertutup awan hitam tebal. seakan tau akan rasa gelisah hati ini, saat sang mentari tak lagi tersenyum tertutup oleh hitamnya awan, mungkin harikan segera hujan dan benar tak seberapa lama air turun bagai di tumpahkan dari langit, terdegar sang guntur berteriak keras, seketika hatiku tersentak bagai luka tersayat dan terkoyak, bagai daging yang teriris pedih .diri ini membisu tanpa kata , seakan hilang rasa, hidup pun enggan
mati pun tak berarti seolah cahaya hilang enggan datang ke jiwa-jiwa ini saat tubuh merasa berat tuk
melangkah dan berpijak setapak demi setapak langkah jiwa tuk memahami arti kehancuran dan luka hati.
Andai jiwa ini dapat memilih diantara cinta dan kesombongan , di antara keduanya terasa bagai air dan minyak yang tak dapat menyatu dan mungkin ketika kucoba tuk memahami arti dari sebuah cinta dan kesombongan di mana hanya jiwa ini mendapat luka dan kehancuran dan tak terasa butir butir air mata ini mulai membasahi pipi yang tak dapat aku bendung
dan aku berfikir masih adakah tempat yang mampu membuat hati ini merasa damai dan jiwa ini sadar aku patut untuk kau tinggal.
keangkuhan jiwa ini dapat menggambarkan egoisme,yang dapat mendorong urat-urat nafsu tuk menguasai diri
terdampar ke dalam jurang nista yang amat dalam. namun jiwa ini sadar akan kenistaan- kenistaan dalam kehidupan akankah datang keajaiban keajaiban dari sang pencipta alam. saat jiwa-jiwa ini merasa leah dalam menopang dan menjalani kehidupan yang seakan datang coban coban bagai butiran butiran debu hitam kehidupan yang tak akan hilang dan terkikis oleh waktu. namun lelahnya jiwa ini menghantar kaki kaki ini berjalan dalam keberanian mantap tiada tergoyahkan seakan pulang degan jiwa jiwa yang terasa membawa bekal yang pasti dan seongok kesombongan terkungkung dalam genggaman tangan dan tiada sadar jiwa ini membalut kesombongan dan kepura-puraan ingin paling benar sendiri, seolah-olah tiada benar selain jiwa yang terkungkung ini dan yang lain tiada arti.
Tiada pernah jiwa-jiwa ini merasa terlintas dalam otak dan terpikir dalam benak jiwa ini dan terbenam dalam
rajutan-rajutan hati nurani yang suci. bahwa diatas lagit masih ada lagit, saat jiwa ini merasa terbagun dari mimpi- mimpi yang mengusik langkah jiwa ini, tersentak hati dalam seakan bagaikan tersambar seribu guntur tuk menyadarkan diri bahwa sesungguhnya kesombongan dan kenistaan itu tida arti. jiwa ini kini mulai mencoba dan belajar melatih memaknai jalur hambatan dalam kehidupan sucikan jiwa-jiwa terkoyak dari api nista di hati degan seluruh daya upaya yang menggelora mendaki kepuncak kesucian hati nurani. degan seutas tali dawai -dawai kehidupan memaknai hitam, merah, kuning dan putih jiwa -jiwa yang terkungkung oleh seongok kesombongan yang bersimulasi menjadi kenistaan. kan ku taklukan satu persatu dan dengan jiwa merasa terkungkung ini akan mencoba taklukkan arti cinta dan kesombongan bagai rajawali terbang tinggi mengarungi angkasa nan biru
artikel yang sangat mencerahkan sahabat
BalasHapusini kata2nya tingkat tinggi nih.. kayak aku gini... masih kurang pinter mengartikannya.. :D
BalasHapusjiwa2 yg dapat menyadari kesombongan dan kenistaan yg telah dilakukan adalah jiwa yg terpanggil dan pasti pada akhirnya dapat menaklukkan itu semua...
BalasHapusthe older the wiser...seiring bertambahnya usia, kedewasaan seseorang semakin menguat, disitu kesadaran untuk menjadi sosok yang lebih baik semakin kentara, sehingga sifat-sifat buruk mulai ditinggalkan, perilaku bijak mulai ditekankan, karena orang semakin dituntut untuk memberikan tauladan bagi generasi berikutnya....
BalasHapusTulisan yang baik Mas!
mencintai memang harus menepis ego...
BalasHapusiya mas, benar :)
hebat neh artikelnya, kata demi kata kalimat demi kalimat tersusun begitu indah & rapih, membuat hati ini hanyut dalam membacanya...
BalasHapussukses selalu n tetap semangat.
"kalau kau ingin dicintai, cintailah orang lain dan jadilah orang yang dapat dicintai"
BAGAIMANA CARA BUAT KOMENTAR SEPERTI ANDA
BalasHapuswah...bahasa tingkat tinggi ni :)
BalasHapusada award buatmu sobat....
BalasHapusehmmm... aku suka banget dengan filosofi di atas langit masih ada langit....
BalasHapuskata-katanya berapi-api penuh semangat
BalasHapustapi tanpa titik, koma nyambung terus jadi bingung...hehe...
semangat ya...
BalasHapusbelajar mencintai dan dicintai seperti adanya.
hehehee...kesombongan itu harus ditaklukan
BalasHapusartikel nya keren deh ... ^^
BalasHapuswah kayaknya sakit hati..heheheheh
BalasHapus